 |
Sukarno dan Falsafah Jawa |
Kusno (Sukarno) kecil tidak pernah mendapat didikan agama secara khusus dari orangtuanya. Hal ini tak mengherankan. Sebab, bapak Kusno mewarisi ilmu kebatinan dari leluhurnya, sedangkan ibunya yang berdarah Bali adalah keturunan kasta Brahmana, salah satu kasta tertinggi dalam agama Hindu.
Bapak Kusno banyak mengajarkan falsafah Jawa kepada anak-anaknya. Ajaran itu diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Tak heran, Kusno menggandrungi wayang kulit sejak kecil. Sebab, di dalamnya mengajarkan falsafah hidup yang sangat tinggi. Kusno sering "menghilang" malam-malam untuk menonton pergelaran wayang kulit.
Untuk yang satu ini, ia rela melek sampai dini hari.Tokoh pujaannya adalah Werkudara yang disebut juga dengan Bima. la adalah seorang ksatria Pandawa, bapak Raden Gatutkaca. la menjadi lambang ksatria sejati, lambang kejujuran dan keadilan. Kusno sering berhayal menjadi Bima, lengkap dengan gelung rambut sinu paturang dan kuku pancanakanya.
Begitu kuatnya khayalannya, terkadang ia merasa dirinya sebagai Bima. Pernah suatu ketika, mbahnya berkata, "Matamu seperti kucing candramawat, Cah Bagus!"
"Bukan!" bantah Kusno cepat. "Aku ini bukan kucing. Aku adalah Bima." Mbahnya pun tertawa. Sumber sukarno putra fajar dijual disini
Posting Komentar
Posting Komentar