Featured Post

Cinema 21

CINEMA 21, merupakan kelompok bioskop terbesar di Indonesia yang memulai kiprahnya di industri hiburan sejak tahun 1987. Cinema XXI berada di bawah naungan PT Nusantara Sejahtera Raya. Seiring dengan tuntutan perkembangan zaman, Cineplex 21 Group telah melakukan sejumlah pembenahan dan pembaharuan,…

Sejarah Asal Mula Penduduk Kota Bandung





bandung tempo dulu
Bandung Tempo Dulu 1932



Bagian pertamanya klik disini ...
Katakan, tatar Bandung waktu itu masih merupakan Neraka. Suatu wilayah yang ideal untuk pembuangan penjahat, soldadu atau penjahat dan pegawai pemerintah yang membuat kesalahan besar. Menurut penuturan almarhum Opa Buitenweg, yang belum lama meninggal Di Wassenaar Holland dalam usia 90 tahun : konon di tahun 1742, seorang kopral Kompeni Belanda yang ketahuan atasannya, suka cong ti pauw (nipu) dan sering liong sep (korupsi), telah dibuang ke Neraka Bandung sebagai hukuman. Para Hoge Heren (penggede) di Batavia menyangka Si Kopral koruptor dibuang ke Neraka Bandung cepat atau lambat bakal mati! paling tidak sengsara sepanjang hidupnya.

Akan tetapi bagaimana kenyataanya? justru sebaliknya! rupanya si Kopral kompeni tukang seleweng ini punya jiwa wiraswasta. Dibantu oleh kakak-beradik Jan dan Ronde Geibergen, ia membuka hutan, berkebun dan mendirikan perusahaan penggergajian kayu di Tatar Bandung. Sebentar saja ia jadi kaya raya. Jadi Tuan Tanah di Tatar Bandung yang makmur sejahtera terleha-leha! seakan-akan hidup di Sorga dalam pengasingan. Nah, sejak pertengahan abad ke-18 itulah, kemudian wilayah Bandung mulai terkenal dan dijuluki orang luar, sebagai Paradise In Exile (sorga dalam pembuangan).

Kemudian berduyun-duyunlah para petualang bangsa Eropa lainnya, untuk mengadu nasib di Tatar Bandung. Akhirnya yang kewalahan adalah Kopral Arie Top, yang menjadi penguasa militer di wilayah itu. ia mengirim laporan kepada atasannya di Batavia, mengadukan tingkah-polah rekannya sesama Kopral, yang sukses berwiraswasta, agar dibuang ke tempat lain. Demikian pula agar dicegah masuknya para petualang Eropa ke Daerah Priangan(Tatar Sunda).


Karena birokrasi pemerintah Kompeni Belanda, laporan Kopral Arie Top baru mendapat perhatian Gubernur jendral Hindia-Belanda, hampir seabad kemudian. Menurut penuturan Opa Buitenweg, sampai pertengangan abad ke-18, perjalanan orang-orang dari Batavia memasuki pedalaman Tatar Bandung, biasanya menaiki perahu atau rakit, melewati sungai Citarum atau Cimanuk. Baru pada tahun 1786, jalan setapak yang biasa dilewati kuda mulai menghubungkan Batavia-Bogor-Cianjur-Bandung. Keterangan itu didapat dari sebuah catatan perjalanan yang ditemukan oleh Prof.Dr.E.C.G. Molsbergen 1930.


Jalur jalan itu penting sekali artinya bagi kepentingan ekonomi Kompeni Belanda, sebab sejak tahun 1789 Pieter Elgelhard telah membuka perkebunan kopi di lereng selatan Gunung Tangkubanparahu, sedikit di utara batas kota Bandung sekarang. Yang pada tahun 1807 hasil panen kopinya sangat memuaskan.  Dengan demikian hasil bumi dari daerah Priangan, khususnya tatar Bandung menuju Batavia, tidak lagi dilakukan melewati Sungai Citarum, akan tetapi sudah mulai mengunakan tranfortasi darat. Sumber : Wajah Bandoeng Tempo Doeloe.1984.Oleh.Haryoto Kunto.





Related Posts

Posting Komentar

Subscribe Our Newsletter