Kancil yang masih mudapertama kali dalam hidup melihat kudaketika itu ia sekonyong-konyong disergap srigalasehingga tak sempat angkat-kaki"Apa guna kau makan aku?"katanya"Tubuhku kecil dan sedikit berdaging.Mari ikut kepadang-rumput,disanaada binatang yang lebih penting".Srigala ketawa: "Tentu lebih kuat dari aku?
coba lukiskan". Jawabnya: "andai ada padakukepandaian melukis, aku kerjakan tentu.Aku tak bohong, ini yang ingin ku buktikan.Ikutlah saja, supaya dapat kusaksikan".Mereka berangkat. "Itu dia.Izinkan aku bertanyadengan hati-hati siapa namanya.Kupunya kamus. Disitu nanti kita lihatmacam apa dia: lemah atau kuat".
Kuda yang sedang merumput itu tidak bodoh.ia sadar bahwa srigala bukannya tokohyang tak patut dicurigaiDiam-diam ia siap berjaga diri"Tuan", tegur kancil,"kami gembira kita telah bertemu.Sudikah tuan menyebut nama tuan?"Kuda yang mengerti maksud tamu-tamu tak diharap itumenjawab: "Oleh tukang sepatu nama saya diukirkan'ditapak kaki. Silakan membaca,jika tuan berkenan".Kancil pura-pura bodoh. "orang tua sayaselalu hidup di rimba: itulah sebabnyasaya tak berpendidikan. Tapi kawan saya srigalaorang-tuanya kaya. Dia pandai membaca".yang ditunjuk itu tidak terkira rasa bangganya.Iapun mendekat, tetapiminta tebusan empat gigi, sebab kuda itumenyuguhkan tendang yang kurang empuk.Terpelanting ketanah, srigala lalumengeranng kesakitan,aduh rahangnya remuk!"begitulah" ujar kancil "terbukti sekali lagikebenaran kata budiman, dahulu sampai kini:"Hati-hatilah, musuh tak tidur dalam selimutmu".Itulah yang hewan tadi ditulis pada mulutmu".Dari:Dongeng Perumpamaan.Oleh:Jean De La Fontaine
Dinas Penerbitan Balai Pustaka Jakarta
1956
Posting Komentar
Posting Komentar